Mobil dari Tuhan

IMG20180430204306

Ilustrasinya berupa mobil bersejarah yang dipajang di Keraton Yogyakarta 😀 (dok. AFR)

“Ya Allah.. anugerahilah kami mobil sedan. Aamiin..”

Itu doa saya sehabis berwudhu. Waktu kecil. Kira-kira masih TK atau SD kelas awal. Kakak-kakak saya yang mendengarnya tertawa.

“Bukan gitu doanya!” Ujar mereka. Tapi saya tak mengerti. Apa yang salah dengan doa saya? Bukankah Allah Maha Mendengar, Maha Pengasih dan Maha Penyayang? Saya betul-betul menginginkan keluarga saya yang besar ini -sepasang orangtua, enam anak dan satu nenek- bisa kemana-mana dengan mobil yang lebih bagus.

Kami memang sudah punya mobil minibus Mitshubishi Colt keluaran tahun ’70an. Tapi saya rasa mobil itu sudah ketinggalan zaman. Bentuknya tak lagi keren. Meski jasanya begitu besar membawa kami liburan sampai ke Pulau Jawa. Tapi jasa besar dengan kekerenan memang tak selalu berbanding lurus. Sama dengan manusia, kecerdasan dengan keindahan fisik tak selalu seirama. Begitulah.

Jadi saya pikir, mobil sedan adalah mobil yang sungguh keren. Tak peduli apakah kami muat semuanya masuk ke mobil itu atau tidak. Kekerenan mengalahkan segalanya.

Saya lupa, selang beberapa bulan atau tahun setelah sekian kali doa sehabis berwudhu itu rutin dipanjatkan, Ayah saya membawa pulang sebuah mobil. Bukan Colt-nya yang biasa.

Mobil itu bukan sedan. Itu yang pertama kali saya pikirkan. Warna hijau tua, dengan tulisan “Kijang Kencana” di pintu belakangnya. Di kaca belakangnya tertempel tulisan “Full Pressed Body”, semacam slogan yang sering diagung-agungkan kakak saya yang berusia remaja. Saat saya tanya itu maksudnya apa, dengan yakin dan semringah kakak saya itu berkata “Tulisan itu cuma ada di mobil-mobil bagus, keren”. Keren, karena bahasa Inggris, yang saya pun masih kaku mengucapkannya.

Ketika teringat itu, saya pun berkesimpulan bahwa mobil Kijang Kencana yang dibawa Ayah pulang itu adalah mobil yang keren. Meskipun bukan sedan seperti mobil keluarga Rafika, Kijang Kencana itu tetap keren. Karena ada tulisan “Full Pressed Body” di kaca belakangnya, seperti idaman kakak saya.

Demi mobil keren itu -yang tak juga mampu menampung seluruh jamaah di rumah ini. Kalaupun mampu, baris jok tengah harus berdesak-desakan empat orang. Dan yang di jok belakang, harus rela memangku sebagian barang bila ingin bepergian jauh bersama-sama- Mitsubishi Colt dengan les biru tua itu rela diberikan pada empunya Kijang Kencana. Tukar tambah, sedikit saja. Sebelumnya, Kijang Kencana itu mobil kampus, tempat Ayah mengajar. Jadi Kijang Kencana itu tak baru-baru amat. Tapi saya tak peduli si amat. Yang penting mobil itu sudah nangkring gagah di garasi rumah (sewa) kami. Di rumah, dia jadi semacam idola baru. Rasanya bangga sekali menaikinya.

Diam-diam, saya berterimakasih pada Allah. Berarti doa saya dikabulkanNya. Doa sepenuh hati setelah berwudhu yang dipanjatkan seorang anak kecil itu sungguh mujarab, ternyata. Hmmm…rasanya bisa minta apapun pada Allah itu sungguh asyik! Besok-besok minta apa lagi, ya?

***

 

Nak, Untukmu Kuciptakan Puisi

cropped-img_0515-e1418830325426.jpg

 

Langkah-langkahku sudah jauh terjejak, Nak

Bisakah kau ikuti?

Masih adakah jejak-jejakku di sepanjang jalan yang kau lalui?

Tersesatkah dirimu, Nak?

Apakah hujan atau desir angin yang kencang menjadi penghalang kau segera sampai ke tempatku menanti?

Minta saja tolong pada Tuhan

Agar ia mengutus malaikatNya untuk menuntunmu sampai ke rahimku

 

Tenang saja, Nak

Aku akan tetap menunggumu

Hati-hati di jalan, Nak

Genggam erat panduan malaikatmu

Agar mudah langkahmu menemuiku

 

 

~ Pada waktu yang entah kapan sebelum kehadiranmu di pelukan ~

 

 

Shafa Asked, “Where Are Your Kids?”

DSC_0611

Suasana Subuh yang dirindukan di Masjid Nabawi

 

GADIS kecil bermata biru bening, kutemui di salah satu shaf di Masjid Nabawi. Kepalanya yang mungil mengenakan jilbab. Cantik sekali. Masya Allah…aku terkagum-kagum melihat ciptaanNya yang luar biasa di depanku ini. Selama ini aku hanya melihat profil wajah seperti miliknya itu di internet, di page foto-foto bayi yang dijadikan model. Indah, Yaa Mushawwir..

Ia bersama ibunya. Tampaknya bukan perempuan Arab.

“America,” jawabnya sambil tersenyum saat aku bertanya asalnya. Oh, jadi gadis cilik ini seorang Amerika. Lagi-lagi aku dibuat takjub akan kemahabesaranNya. Betapa Islam telah mempertemukan aku dengan saudara-saudariku seiman dari seluruh dunia di rumahNya yang mulia. Dalam balutan gamis dan hijab lebar, ibu sang gadis tampak anggun. Tak tampak wajah baratnya. Aku sempat menduga-duga warna rambutnya yang pirang. Senyuman demi senyuman yang tersungging menjadi penyambung ukhuwah. Dengan bermodalkan bahasa Inggris yang pas-pasan, aku berkomunikasi dengan ibunya. Continue reading

Serunya Belanja Online Gratis di Telunjuk Indonesia’s Next Smart Shopasista

wp-1450514638554.jpeg

Uuuyeeaahh.. 🙂 (dok. AFR)

APA jadinya kalo saya yang aslinya bukan shopaholic ini dikasih uang buat belanja suka-suka? Gak tanggung-tanggung, 2,5 jeti! Huwooow! Yang ada saya malah super bingung ya, mau belanja apa aja. 😀 Tapi syukurlah, saya masih dianugerahi naluri belanja -biarpun dalam kadar minimal- sebagai perempuan. Kadar minimal, artinya ya beli yang emang butuh aja. Daaan, terpilih sebagai salah satu peserta Telunjuk Indonesia’s Next Smart Shopasista (#TelunjukINSS) dari kota Medan itu sungguh sesuatuuhh. Cuma ada 6 orang blogger dari 6 kota besar; Medan, Surabaya, Denpasar, Makassar, Bandung, dan Jakarta, yang beruntung mendapatkan kesempatan cihuy ini. Kesempatan buat beli-beli barang yang sebelumnya nahan-nahan diri buat belinyaa. Hihihi…ups!

Continue reading

4 Tahun Sudah, Teruslah Menulis Mimpi

dreams

TAK terasa, 4 tahun sudah blog ini ikut nimbrung di jagat maya. Empat tahun yang mungkin lebih banyak absennya daripada update-nya. Hehehe…Tahun ini bolosnya sampai 6 bulan. Sejak akhir April kemarin, saya memilih untuk tak ngeblog dulu. Karena di beberapa bulan terakhir ada hal super penting yang dianugerahkan Allah pada saya. Saya akhirnya mengandung, berbadan dua, hamil! Alhamdulillah.. Saya anggap itu tak hanya anugerah dari Allah karena doa saya dan suami semata, tapi juga doa dari kedua orangtua kami, saudara-saudara kami, teman-teman kami, sahabat-sahabat kami, dan orang-orang lain yang kami mungkin tak tahu kalau diam-diam rajin mendoakan kami *anggap aja ini kege-eran 😀 *

Rasanya baru saja saya posting soal penantian anugerah ini waktu event GA-nya Mak Evrina tahun lalu. Saat menulis itu, jujur, perasaan saya seperti mengambang. Antara percaya tak percaya atas kekuasaan Sang Maha yang katanya bisa menjadikan segala sesuatu menjadi mungkin sesuai kehendakNya. Astaghfirullah.. Tapi begitulah. Mungkin saya waktu itu sedang berada di titik kepasrahan yang lebih cenderung ke pesimisme. Nyaris pesimis akan diberi anugerah itu dalam waktu dekat. Saya memang percaya bahwa suatu hari nanti Allah akan memberikannya juga. Tapi entah kapan. Rasanya jadi seperti sedang berjalan di lorong panjang yang tak sampai-sampai ke tujuan. Demikianlah.

Hingga akhirnya Allah menjawab keraguan itu di tahun ini, di tahun yang sama saat saya dan suami mengawalinya dengan berumrah ke Baitullah. Masyaa Allah.. Subhanallah.. Rasanya memang ajaib, sampai-sampai saya tak berminat untuk melakukan hal lain lagi selain menjalani kehamilan ini saja. Entah karena faktor hormon juga ya, apa-apa jadi malas. 😀 Saya tak menyesal bila sempat menolak tawaran pekerjaan yang kalau di saat biasa pasti terlihat menggiurkan dan langsung saya sambut dengan antusias. Penolakan halus nan spontan yang begitu saja keluar demi mengingat ada janin, makhluk mungil yang sedang hidup dan bertumbuh di rahim saya. Saya tak mau capek dulu karena disibukkan oleh beban pekerjaan. Apalagi saat itu sedang hamil muda, trimester I yang masih rawan-rawannya. Saya tak mau kejadian 2 kali keguguran terulang lagi. Cukuplah saya banyak bersantai menikmati hari demi hari bersama calon buah hati saya saja. 🙂

Di tahun 2015 ini, satu mimpi tak lama lagi akan mewujud nyata menurut kehendakNya. Alhamdulillah..

Sempat terlintas untuk kembali menulis, dan benar ya, kalau sudah lama tak menulis rasanya pikiran dan jari jemari ini kaku luar biasa. Baru kali ini saya merasa agak lebih santai dan mengalir. Itu juga karena dipicu membaca tulisan teman-teman blogger yang setiap hari tampak selalu bersemangat untuk berbagi. Saat membaca tulisan-tulisan mereka, tiba-tiba saya kangen menulis, tiba-tiba saya rindu blog saya yang sederhana ini. Lalu teringat tanggal 20 Oktober tak cuma peringatan setahun pemerintahan Jokowi-JK, tapi juga ultah Menulis Mimpi, yang sampai sekarang belum pernah bikin Give Away 😀 Baru berisi curhatan dan info alakadar yang semoga bermanfaat buat yang sengaja atau tak sengaja mampir baca. Belum serius-serius amat a la seleblog atau blogger profesional.

Buat saya itu tak jadi masalah. Mau menjadikan personal blog cuma jadi diary atau buat lahan pekerjaan, ya sah-sah saja. Yang penting enjoy dalam menjalaninya. Tak perlu memaksakan diri agar jadi seperti blogger lain yang sudah mapan kalau memang passion kita jadi blogger bukan untuk itu. Eeuuu..ini bukan pembenaran buat sikap saya yang masih nyantai-nyantai ini sih. Tapi sekadar penghibur pengingat (buat saya) supaya lebih memilih untuk jadi diri sendiri agar senantiasa nyaman dengan apa yang dilakukan. Buat saya yang masih blogger angin sepoi-sepoi ini, yang perlu saya seriusi dan lakukan secara kontinyu hanyalah menulis konten yang bermanfaat. Kalau bisa menambah ilmu soal teknis untuk mempercantik blog tentu akan lebih baik. Belajar tentang info grafis, misalnya. Atau apalah ilmu yang sebenarnya bisa didapat dengan mudah di komunitas blog semacam KEB. Dengan terus menulis, apapun gaya atau ciri khas penulisannya, saya yakin akan berbuah manis juga pada akhirnya. Segala macam berkah dan hal baik itu pasti dianugerahkan sesuai kapasitas dan kebutuhan hambaNya, plus tujuan menulisnya untuk apa.

Dan jadilah, tulisan ini sebagai penghibur dan kado buat blog saya sendiri. 😀 Apapun isi Menulis Mimpi ini, semoga bermanfaat sampai kapanpun bagi siapa saja pembacanya. Terima kasih buat yang selama ini rajin berkunjung dan dengan sukarela mem-follow. Maafkan bila saya bukan teman blogger yang baik, yang rajin mengunjungi balik blog teman-teman sekalian. Tapi percayalah, saya ikut senang bila ada berkah dan hal-hal baik yang menghampiri teman-teman. Setidaknya, saya bisa terus mencamkan sesuatu, bahwa takkan pernah ada namanya rugi dengan berbagi.

Salam hangat saya di ultah Menulis Mimpi yang ke-4!

Tetap semangat bermimpi dan berbagi! 🙂

***